Rabu, 08 Juni 2016

Sang Juara Dunia Matematika

Mohammad Yasya Bahrul Ulum kembali menjadi kebanggaan kampus ITS dengan gemilang prestasinya. Setelah berhasil menyabet juara pertama Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina bidang Matematika, mahasiswa angkatan 2013 tersebut kini membawa harum nama Indonesia di kancah internasional. Yasya sukses merebut medali emas dalam ajang bergengsi International Mathematics Competition (IMC) for University Student 2014 di Blageovgrad, Bulgaria.
Prestasi ini menjadi kali kedua bagi Indonesia dalam meraih medali emas di IMC. Sebelumnya, Albert Gunawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) juga mempersembahkan medali yang sama di tahun 2010. Kompetisi yang berlangsung selama sepekan sejak Selasa (29/8) lalu diikuti oleh 324 peserta dengan lebih dari 44 negara.

Dalam kompetisi ini, para peserta diminta memecahkan masalah dalam bentuk essay. Bidang yang dikompetisikan adalah aljabar, analisis, geometri dan kombinatorik. Peserta diberikan lima soal yang disajikan dalam bahasa Inggris setiap harinya. Waktu untuk mengerjakannya adalah selama dua hari. ''Setiap harinya diberikan alokasi waktu satu jam,'' tutur Yasya.

Meski sempat merasa minder, Yasya terus mengerjakan soal dengan usaha terbaiknya. Ia mengaku, secara keseluruhan ada tiga soal yang belum bisa ia jawab dengan benar. ''Saya tidak bisa mengerjakan soal bagian kombinatorik, cukup susah,'' akunya.

Pun demikian, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini berhasil memperoleh selisih nilai 30 poin dari grand first prize dan menempatkannya dalam posisi emas. Dengan perolehan itu, Yasya berhasil unggul dari pesaing lain yang berasal dari perguruan tinggi ternama di dunia, seperti Universitat Bonn di Jerman, Yale University di Amerika Serikat, University of Gottingen di Jerman, Moscow Institute of Physics and Technology di Rusia, University College London, Universidad Nacional Autonoma de Mexico, University of Illinois at Urbana Campaign serta Nanyang Technological University Singapura.

Dari keseluruhan lawan, Israel menurut Yasya tetap menjadi lawan terberatnya. ''Peraih first grand prize berasal dari Israel,'' ujarnya. Seperti dikutip dari laman resmi IMC, Israel menempatkan lima mahasiswanya di posisi emas, sehingga berhasil meraih juara umum. Sedangkan Yasha menjadi satu-satunya peraih emas dari enam delegasi lain yang dikirim Indonesia dalam kompetisi ini.

Atas prestasi tersebut, Yasya dianugerahi beasiswa Olimpiade Sains Internasional (OSI) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RepubIik Indonesia hingga studi doktoral di seluruh perguruan tinggi di dunia. Saat ditanya rencana studi magisternya, Yasya mengaku menginginkan kuliah di Jurusan Matematika ITB. ''Saya ingin mempersiapkan dulu kemampuan Matematika saya di ITB, baru ke luar negeri,'' ujarnya saat dihubungi ITS Online melalui telepon.

Sebelum melenggang ke tingkat internasional, Yasha telah melewati berbagai tahapan seleksi, baik tingkat regional maupun nasional. Selepas meraih juara pertama OSN Pertamina tingkat nasional, Yasya beserta peraih medali emas, perak dan perunggu Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ON-MIPA) mengikuti seleksi final untuk menentukan tujuh mahasiswa terbaik.

''Dari situ lah pembinaan mulai gencar dilakukan,'' ucap alumnus SMAN Sragen Billingual Boarding School (SBBS) gemolong ini. Ketujuh mahasiswa tersebut dibina secara intensif di Jakarta selama dua minggu oleh dosen-dosen berpengalaman. ''Di sana saya menghabiskan 10 jam setiap harinya untuk belajar soal, kalau hari-hari biasa sekitar 3 jam biasanya,'' ungkap pria yang bercita-cita menjadi ilmuwan dan businessman ini.

Bangun Mental dengan Shalat Malam
Prestasi ini memang bukan kiprah pertama bagi Yasya dalam olimpiade Matematika. Ia memiliki catatan prestasi gemilang dalam kompetisi yang membutuhkan ketelitian tinggi ini. Sejak SMP, putra pasangan Imam Chumaedi dan Shofiyah ini telah beberapa kali menjuarai OSN. Hingga saat duduk di bangku SMA, ia berhasil mempersembahkan medali emas bagi Jawa Tengah dalam OSN tingkat nasional.

Ditelusuri lebih lanjut, ternyata kesuksesan Yasya di ajang olimpiade Matematika tidak hanya karena ketekunannya dalam belajar dan berlatih soal. Ia selalu menyempatkan diri untuk shalat malam setiap harinya. Menurutnya, rutinitas tersebut ia lakukan untuk membangun mental positifnya. ''Kita bisa intropeksi diri dan memperkuat semangat serta motivasi,'' ungkap pria yang saat ini berumur 20 tahun itu.


Mahasiswa yang hobi bermain games dan olahraga futsal ini berpesan kepada mahasiswa dan para pelajar lainnya untuk tidak bermalas-malasan dalam belajar. Menurutnya, pemuda adalah generasi masa depan yang menjadi penentu kemajuan Indonesia. ''Kalau bermalas-malasan, ya negeri kita akan bobrok,'' tandasnya impresif. (mis/oly)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar